BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan Pembangunan Kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum (Depkes RI, 1999). Menurut Undang-Undang kesehatan No 23 tahun 1992 pasal 10, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, maka diselenggarakan pelayanan kesehatan dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Depkes RI, 2000).
Semakin berkembangnya IPTEK yang diikuti dengan banyaknya penyakit berbasis lingkungan yang sedang terjadi di Indonesia yang disebabkan karena kurangnya pemahaman dan perilaku manusia terhadap kebersihan belum baik. Selain itu kurangnya pengawasan terhadap makanan yang dimakan anak saat diluar rumah dan pengetahuan orang tua terhadap bahaya penyakit berbasis lingkungan masih rendah. Hal ini menyebabkan saat anak sakit, orang tua kurang memahami penyakit dan tatalaksana terhadap penyakit tersebut.(www.google.penyebab diare.com/12/8/2007)
Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Dalam hal sanitasi, mereka masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, atau empang. Perilaku semacam itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor ekonomi karena untuk membuat septic tank diperlukan biaya. Tidak tersedianya septic tank umum dan layanan yang baik untuk penyedotannya. Buang air besar di area terbuka (sungai atau empang) telah menjadi kepraktisan dan dilakukan banyak orang di sekitarnya. (www.google.sebab diare.com/12/08/2007)
Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara. Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia. Dari urutan penyebab kunjungan Puskesmas/ Balai Pengobatan, diare hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 (tiga) penyebab utama masyarakat berkunjung ke Puskesmas. (Widjaja, 2001)
Sampai saat ini penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis masih merupakan masalah di Indonesia. Penyakit Diare pada tahun 2004 ditemukan angka kesakitan diare untuk semua umur di Jatim adalah 390 per 1.000 penduduk. Sedangkan episode pada balita 1,4 kali per tahun angka tersebut lebih tinggi dibanding hasil survei yang dilaksanakan Dep Kes RI tahun 2004 yaitu angka kesakitan diare untuk semua umur di Jatim adalah 283 per 1.000 penduduk dan episode pada balita 1,3 kali per tahun. (www.google.kejadian diare.com/12/08/2007)
Setiap tahun rata-rata di Indonesia 100.000 anak meninggal dunia karena diare. Diare menjadi penyebab kematian kedua terbesar di Indonesia setelah malnutrisi (Kompas,27/11/06). Di Jawa Timur sendiri tercatat 696.592 orang penderita dengan Angka kesakitan per 1000 penduduk mencapai 19,18. (www//google.kejadian diare di jatim.com/1/09/2007)
Fakta ini seolah mengatakan bahwa kesadaran penduduk Indonesia akan kesehatan teramat minim. Dan bukan tidak mungkin bahwa kesadaran yang minim tersebut disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang kurang tentang diare, serta pencegahannya. Diare yang disertai gejala buang air terus menerus muntah dan kejang perut kerap dianggap bisa sembuh dengan sendirinya tanpa perlu pertolongan medis.
Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Selama Pelita V telah terjadi 76-282 letusan KLB diare per tahun di 39 sampai 89 daerah tingkat II dengan angka fatalitas kasus/Case Fatality Rate (CFR) 1,03-2,7 persen jauh lebih besar dari CFR endemis (0,02%). Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare (Depkes RI, 1998). Perkiraan penderita diare dengan dehidrasi mencapai 10-40%. Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.
Tentang penatalaksanaan dan pencegahan diare, peran orang tua yang paling penting. Tingkat pengetahuan orang tua tentang diare pada balita sangat berpengaruh terhadap penatalaksanan dan pencegahan terhadap diare itu sendiri. Pengetahuan orang tua dengan kejadian diare pada balita dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti media masa, penyuluhan yang dilakukan tim kesehatan, lingkungan maupun dari berbagai sumber lainnya. Selama ini persepsi yang sering muncul di masyarakat tentang diare adalah karena proses pembuangan zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan tidak memerlukan penanganan karena akan sembuh dengan sendirinya. Atau mungkin juga muncul persepsi jika balita tidak kunjung sembuh dari diare, maka orientasi ibu selalu menginginkan anaknya segera dapat buang air secara normal saran tanpa memperhitungkan akibat buruk dari obat diare yang tidak sesuai penggunaannya.(Widjaja, 2001)
Di Indonesia, penduduk pedesaan yang menggunakan air bersih baru mencapai 67,3%. Dari angka tersebut hanya separuhnya (51,4%) yang memenuhi syarat bakteriologis. Sedangkan penduduk yang menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54%. Itulah sebabnya penyakit diare sebagai salah satu penyakit yang ditularkan melalui air masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan angka kesakitan 374 per 1000 penduduk. Selain itu diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Padahal menurut studi menunjukkan bahwa dengan penyediaan air bersih dapat mencegah penyakit diare sebesar 35% dan penggunaan jamban sehat dapat mencegah penyakit diare sebesar 28%.
Mengingat pentingnya peran serta masyarakat tersebut maka pemerintah (Depkes RI) sejak tahun 1961 telah mengatur langkah-langkah/kegiatan pemberantasan diare yaitu melalui program penanggulangan penyakit kholera dan gastroenteritis. Sejak tahun 1981 program tersebut diubah menjadi program Pemberantasan Penyakit Diare (P2 Diare). Salah satu pokok kegiatan P2 Diare dalam Repelita VI adalah Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap serta perilaku masyarakat dalam tatalaksana penderita diare. Penyuluhan dilaksanakan pada individu dan kelompok masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung misalnya melalui media cetak, elektronik dan penyebaran pamflet. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian diare dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit diare masih rendah.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 18-21 September 2007 di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang yaitu dengan survey dan wawancara didapatkan hasil dari 15 keluarga diketahui bahwa 9 diantaranya masih kurang dalam pengetahuan tentang akibat dan cara penanganan penyakit diare, 7 orang kurang dalam sikap yaitu mereka membiarkan anak bermain di sungai dan tidak membiasakan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan, juga 5 orang mempunyai perilaku yang kurang baik dalam pencegahan penyakit diare yaitu mencuci tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya dilakukan sewaktu tangan tampak kotor. Sedangkan berdasarkan hasil survey didapatkan masih banyaknya masyarakat yang membiarkan anaknya bermain di sungai, BAB disungai dan membuang sampah di belakang rumah ataupun di lahan kosong belakang rumah. Dan data tentang kejadian diare di Kelurahan Ngumpul yang ada di Polindes yaitu sebanyak 137 kasus diare.
Data diatas berbeda dengan survey yang dilakukan di tempat lain yaitu di Dusun Plandi, dimana masyarakat di dusun tersebut sadar akan bahayanya penyakit diare. Hal ini ditandai dengan banyaknya keluarga yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit diare, juga sikap dan perilaku dalam pencegahan penyakit diare. Di dusun tersebut sudah mulai menjalankan arisan untuk membuat WC bagi keluarga yang tidak mampu, kerja bakti dalam kebersihan lingkungan sekali dalam sebulan.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan dan merupakan penyebab kematian ke 2 pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Hal ini dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar lingkungan fisik maupun rendahnya sikap dan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat sehingga sangat dibutuhkan adanya suatu penelitian guna mengevaluasi tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencegahan diare dirumah. Dari uraian diatas maka peneliti mengambil judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Diare dengan Sikap dan Perilaku Dalam Pencegahan Diare di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang 2008”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian: Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan diare pada anak usia sekolah?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :
1. Tujuan umum
Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan diare di dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang pada tahun 2008.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan tentang diare di dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang.
b. Diketahuinya sikap keluarga dalam pencegahan diare di dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang.
c. Diketahuinya perilaku keluarga dalam pencegahan diare di dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang penyakit diare dengan sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan penyakit diare dan menambah pengalaman peneliti melalui proses penelitian yang akan dilakukan.
2. Bagi masyarakat di dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang
Dapat memberikan manfaat khususnya keluarga akan pentingnya pengetahuan tentang penyakit diare juga dampak sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan penyakit diare.
3. Bagi Ilmu Keperawatan Anak
Dapat menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai pencegahan penyakit diare pada anak usia sekolah di masyarakat.
4. Bagi Peneliti Lain
Dapat menjadi sumbangan ilmiah untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan diare selanjutnya.
E. Ruang Lingkup Masalah
Sesuai dengan topik yang saya ambil, maka peneliti membuat batasan penelitian tersebut yaitu meliputi :
1. Variabel yang diteliti
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, variabel yang diteliti yaitu meliputi:
a. Variabel bebas yaitu pengetahuan keluarga tentang diare,
b. Variabel terikat yaitu sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan diare.
2. Subyek atau responden
Dalam penelitian ini, subyek yang digunakan yaitu keluarga yang mempunyai anak usia sekolah.
3. Lahan dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang pada pada bulan Januari 2008.
F. Keaslian Penelitian
1. Ismail, dan M. Nazir (1991). Penelitian tentang pengetahuan dan perilaku masyarakat dalam mengelola penyakit diare di daerah panduan P2D Sumatera Selatan dengan menggunakan metode deskriptif eksploratif dan menggunakan rancangan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah semua masyarakat dan pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 75 orang, bertujuan untuk mengumpulkan data dasar perilaku masyarakat sebelum pelatihan kader dan intensifikasi komunikasi, dan analisa Chi-quare untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut. Perbedaan pada penelitian ini yaitu metode penelitian menggunakan deskriptif analitik. Sampel pada penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai anak usia sekolah di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang, dan pengambilan sampel menggunakan tehnik “Sampling Kuota” dengan besar sampel 35 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan diare pada anak usia sekolah.
2. Penelitian ini serupa dilakukan Sarindi, Sulasiyati, Suprapti, Wahyu Sri Rejeki (2006), yang meneliti tentang tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada balita di Puskesmas Mantrijeron Kota Yogyakarta dengan metode survei (non eksperimental) dan rancangan Cross Sectional. Sampel dalam peneliti ini adalah semua ibu yang memeriksakan anak balita dengan keluhan diare di Puskesmas Mantrijeron Kota Yogyakarta, cara pengambilan sampel yaitu dengan Acidental Sampling dan pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 40 anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada balita. Perbedaan pada penelitian ini yaitu sampel pada penelitian ini adalah semua keluarga yang mempunyai anak usia sekolah dan cara pengambilan sampel menggunakan tehnik “Kuota Sampling” dengan besar sampel 35 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan diare pada anak usia sekolah.
3. Hubungan antara perilaku hidup bersih sehat dengan kejadian diare pada anak usia 1-3 tahun di Desa Semaken Banjararum Kulon Progo. Penelitian ini diteliti oleh Riwi hartatik, 2007. Pada penelitian ini menghubungkan antara tentang perilaku hidup bersih sehat dengan kejadian diare pada anak usia 1- 3 tahun dengan metode survei (non eksperimental) dan rancangan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu dalam satu rumah mempunyai anak usia 1-3 tahun dan pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 68 anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut. Perbedaan pada penelitian ini yaitu sampel pada penelitian ini adalah semua keluarga yang mempunyai anak usia sekolah dan cara pengambilan sampel menggunakan tehnik “Kuota Sampling” dengan besar sampel 35 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan diare pada anak usia sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar. Kesadaran manusia itu dapat disimpulkan dari kemampuan untuk berfikir, berkehendak dan merasa. Pikiran manusia mendapat ilmu pengetahuan dengan kehendak manusia mengarah perilaku. Pengetahuan (knowledge) adalah pesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan (deliek), takhayul (superfition) dan penerangan-penerangan yang keliru.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh malalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005).
12
Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan mencakup didalamnya domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :
a. Tahu (Know)
Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Nasution (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam masyarakat yaitu : (www.google.faktor yang mempengaruhi pengetahuan.com/12/12/2007)
a. Sosial ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang. Bila ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi dan pengetahuan akan tinggi pula.
b. Kultur (budaya dan agama)
Budaya akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi-informasi yang didapat akan disaring terlebih dahulu apakah sesuai atau tidak dengan budaya atau agama masyarakat tersebut.
c. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan mudah menerima hal baru dan akan mudah menyesuaikan hal baru tersebut.
d. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Pendidikan yang tinggi maka pengalaman yang diperoleh juga akan lebih luas, sedangkan semakin tua seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.
2. Keluarga
Menurut Duvall dan Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga. Menurut Bailon dan Maglaya (1978) keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. (Kumpulan Makalah Pelatihan Asuhan Keperawatan Keluarga, 2000)
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu:
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memerhatikan satu sama lain,
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak dan adik,
d. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.
Dari uraian diatas menujukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem yaitu sebagai sistem keluarga yang mempunyai anggota yaitu ayah, ibu, anak atau semua individu yang tinggal didalam rumah tangga tersebut, saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem terbuka sehinga dapat dipengaruhi oleh supra sistem, yaitu lingkungan (masyarakat), dan sebaliknya sebagai sub sistem dari lingkungan (masyarakat), keluarga dapat mempengaruhi masyarakat.
Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu :
a. Fungsi afektif. Fungsi ini berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial yaitu seperti saling mengasuh dan saling menghargai ,
b. Fungsi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antara anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disipilin, belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
c. Fungsi reproduksi. Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi. Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat berlindung (rumah).
e. Fungsi perawatan kesehatan. Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakannya, yaitu :
1) mengenal masalah kesehatan
2) membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3) memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
5) mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas masyarakat
Tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6-12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi baik aktivitas dis ekolah maupun di luar sekolah.
3. Sikap
Sikap merupakan respon atau reaksi evaluatif, respon ini muncul ketika individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi balik dari individu. Sikap dinyatakan timbul secara sadar oleh proses evaluasi diri individu terhadap respon dalam nilai baik, buruk, positif, negatif, menyenangkan kemudian menetapkan dan mengkristal sebagai dasar potensi untuk bereaksi. (Azwar, 2002) Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup tidak dapat dilihat secara langsung sehingga sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak (Notoatmodjo, 2005). Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas akan tetapi adalah merupakan reaksi yang terbuka dan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Suatu objek belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk terwujud sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata, diperlukan suatu pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas. Dalam interaksi sosial individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan faktor emosi dalam diri individu.
Menurut Allport, 1954 (cit Azwar, 2005) sikap itu terdiri dari komponen pokok, yaitu:
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.
c. Kecenderungan untuk berindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya sebagai berikut:
a. Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa seseorang atau objek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).
b. Menanggapi (respoding). Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai (valuing). Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
d. Bertanggung jawab (responsible). Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawa terhadap apa yang diyakininya dan dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.
4. Perilaku
Bloom 1974 menyimpulkan bahwa faktor perilaku mempunyai peranan yang besar terhadap tingkat kesehatan setelah faktor lingkungan. Sedangkan faktor pelayanan kesehatan pengaruhnya lebih kecil dari faktor perilaku (cit Warliana, 2001).
Perilaku adalah sesuatu yang kompleks merupakan resultan dari berbagai macam aspek internal maupun eksternal, psikologis maupun fisik. Perilaku tidak berdiri sendiri selalu berkaitan dengan faktor-faktor lain. Pengaruhnya terhadap status kesehatan dapat langsung maupun tidak langsung. Sedangkan menurut Green (Notoatmodjo, 2003) menyatakan bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor. Selanjutnya perilaku sendiri dibentuk dari tiga faktor yaitu :
a. Faktor-faktor predisposisi yaitu terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung yaitu terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya atau sarana kesehatan lain.
c. Faktor-faktor pendorong yaitu terwujud dalam sikap dan perilaku.
Menurut Becker, 1979 (cit Warliana, 2001) perilaku yang berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Perilaku kesehatan (health behavior)
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, menjaga kesehatan diri, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya.
b. Perilaku sakit (illness behavior)
Adalah segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu yang merasa sakit, termasuk juga kemampuan atau pengetahuannya untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta usaha mencegah penyakit tersebut.
c. Perilaku peran sakit (sick role behavior)
Adalah segala tindakan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhannya. Hal ini disamping berpengaruh terhadap kesehatannya atau kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab kesehatannya.
Sarwono (1997) motivasi seseorang timbul karena adanya suatu kebutuhan atau keinginan yang harus dipenuhi. Faktor eksternal meliputi : 1) Lingkungan keluarga; 2) lingkungan fisik, adalah lingkungan dimana seseorang itu tinggal (misalnya di pedesaan atau perkotaan); 3) sosial budaya, didalam masyarakat untuk mengatur perilaku individu dalam kelompok agar sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku.
5. Diare
a. Pengertian diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tindakan yang lebih banyak dari biasanya (normal 200 ml per jam tinja) dengan tinja berbentuk cairan setengah cairan (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Arif Mansjoer, 2000). Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal lebih dari 3 kali serta perubahan dalam isi dan konsistensinya. (Burnner & Suddarth, 2002)
b. Penyebab dan proses terjadinya diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak (umumnya tiga kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI, 1991). Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. (Kapita Selekta Selekta, 2000). Secara garis besar penyebab diare adalah infeksi virus dan bakteri, malabsorbsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang sebagai berikut :
1) Infeksi oleh kuman E. Coli, Vibrio cholera (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah) seperti pseudomonas.
2) Infeksi basil (disentri)
3) Infeksi virus enterovirus dan adenovirus
4) Infeksi parasit oleh cacing (askaris)
5) Infeksi jamur (candidiasis)
6) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis dan radang tenggorokan
7) Keracunan makanan.
Selain itu penyakit diare juga dapat disebabkan oleh :
1) Faktor malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat. Pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu fomula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkenal diare ini, maka aktivitas anak terganggu atau pertumbuhan anak akan terganggu.
Malabsorsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut tryglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul karena tidak diserap dengan baik jalanya adalah tinja mengandung lemak.
2) Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, bau, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran mentah dan makanan kurang matang.
3) Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak dan dapat menyebabkan diare kronis.
Virus menyerang efitel mengakibatkan gangguan transport glukosa-stimulated natrium dan menurunkan aktifitas Na+K+ATP Ase. Bakteri mengeluarkan toksin (eksotoksin), menyerang adenyl siklase yang mempengaruhi perubahan ATP menjadi Syklik AMP dan merubah fungsi efitel sehingga terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Gangguan absorpsi makanan mengakibatkan cairan, elektrolit dan makanan tertahan pada lumen usus (Ismail dkk, 1991b).
Diare dapat digolongkan menjadi diare osmotik dan skretorik. Diare osmotik karena adanya akumulasi bahan-bahan yang tidak diserap oleh usus (malabsorpsi) sehingga tekanan osmotik dalam lumen tinggi. Diare skretorik terjadi karena adanya rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus sehingga terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke lumen usus.
Peningkatan tegangan dinding usus merangsang hiperperistaltik dan mengakibatkan terbukanya sphinter sehingga isi lumen usus keluar lewat anus (diare) atau keluar lewat mulut (muntah). Isi lumen usus yang keluar tersebut mengandung air, elektrolit dan zat-zat makanan. Keluarnya air, Na+ dan K+ yang berlebihan mengakibatkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi), keluarnya HCO3- yang berlebih mengakibatkan asidosis metabolik, keluarnya bahan makanan terutama glukosa mengakibatkan tubuh kekurangan glukosa. Penurunan volume cairan intravaskular mengakibatkan terjadinya hemo konsentrasi. Jantung melakukan kompensasi sehingga nadi cepat tetapi karena volumenya kurang maka tensi turun dan nadi tidak teraba. Pada daerah perifer timbul kompensasi berupa vasokonstriksi arteriole sehingga mukosa nampak sianosis, kulit kering, dan dingin pada ekstemitas. Penurunan aliran darah perifer maka jaringan kekurangan oksigen sehingga memacu pernafasan. Kehilangan HCO3-, reaksi anaerob dan pemecahan lemak menimbulkan asidosis metabolik sehinga memacu pernafasan untuk mengeluarkan CO2 dan terjadi pernafasan kusmaul. Vasokonstriksi arteriola aferen ginjal dan peningkatan reabsorpsi air/ Na+ pada ginjal maka terjadi oliguria/ anuria. Penurunan cairan intrasel/ intersel maka turgor kulit menurun dan mata cekung. Penurunan K+ juga mengakibatkan kelemahan dan kram otot. Hipoglikemi mengakibatkan penderita lemas, apatis, peka rangsang, tremor, kejang dan koma (Ismail dkk, 1991).
Keadaan diatas apabila tidak segera ditolong akan menimbulkan kematian, terutama akibat kekurangan cairan.
c. Penularan Diare
Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :
1) Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2) Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan, mainan, ataupun yang lain kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3) Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
4) Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
5) Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
d. Gejala dan Akibat Diare
1) Gejala Diare
a) bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu tubuhnya meninggi
b) tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah
c) warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
d) anusnya lecet
e) gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
f) muntah sebelum atau sesudah diare
g) hipoglikemia penurunan kadar gula darah)
h) dehidrasi (kekurangan cairan)
2) Akibat Diare
a) Dehidrasi
Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh. Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini lebih disebabkan bayi atau anak kehabisan cairan tubuh. Hal ini disebabkan karena asupan cairan itu tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Banyak orang menganggap bahwa pengeluaran cairan seperti ini adalah hal biasa dalam diare. Namun, akibatnya sungguh berbahaya. Presentase kehilangan cairan tidak harus banyak baru menyebabkan kematian. Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% saja sudah membayakan jiwa.
Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat. Disebut dehidrasi rigan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang sudah lebih 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.
Program pemberantasan penyakit diare Depkes RI (2001) menentukan tingkat dehidrasi pada diare, yaitu;
Tabel 2.1 Penilaian Derajat Dehidrasi Penderita Diare
PENILAIAN
DERAJAT DEHIDRASI
Tanpa
Ringan/Sedang
Berat
a. Lihat
1) Keadaan umum
2) Mata
3) Air mata
4) Mulut dan lidah
5) Rasa haus
Baik, sadar
Normal
Ada
Basah
Minum biasa
*Gelisah, rewel
Cekung
Tidak ada
Kering
*Haus,ingin minum banyak
*Lesu, lunglai, atau tidak sadar
Sangat cekung dan kering
Tidak ada
Sangat kering
*Malas minum atau tidak bisa minum
2.Periksa turgor kulit
Kembali cepat
*kembali lambat
(2 detik)
* Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
Hasil pemeriksaan
Tanpa de hidrasi
Dehidrasi ringan/sedang
Bila ada satu tanda* dengan satu/lebih tanda lain
Dehidrasi berat
Bila ada satu tanda * ditambah satu atau lebih tanda lain
Sumber data : Data SekunderTabel 2.2 Tingkat Dehidrasi batasan WHO
Tanda dan Gejala
Dehidrasi (ringan)
Dehidrasi Sedang
Dehidrasi Berat
Keadaan umum
Denyut nadi
Pernafasan
Ubun-ubun
Kelopak mata
Air mata
Selaput lender
Elastisitas kulit
Air seni
Sakit, gelisah, haus
Normal; kurang dari 120/menit
Normal
Normal
Ada
Ada
Lembab
Jika dicubit segera kembali normal
Normal
Gelisah, ngantuk, rewel
Cepat dan lemah; 120-140/menit
Dalam tapi cepat
Cekung
Cekung
Tidak ada
Kering
Untuk kembali normal lambat
Berkurang berwarna tua
Ngantuk, lemas, dingin, berkeringat, pucat dan pingsan
Cepat, haus, kadang tak teraba
Dalam, cepat
Sangat cekung
Sangat kecung
Sangat kering
Sangat kering
Untuk kemali normal sangat lambat
Tidak kencing
Sumber data : Data Sekunder
b) Gangguan pertumbuhan
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluran zat gizi terus berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar, diare akan menjadi kronis. Pada kondisi ini obat-obatan yang diberikan tidak serta merta dapat menyembuhkan diare. Ketidaktahuan orangtua, cara penanganan dokter yang tidak tepat, kurang gizi pada anak, dan perubahan makanan mendadak dapat menjadi faktor pencetus diare.
Pada orang dewasa, diare jarang menimbulkan kematian. Pada bayi atau anak-anak, dalam waktu singkat, diare akan menyebabkan kematian. Jika diare dapat disembuhkan tetapi sering terjadi lagi, akan menyebabkan berat badan anak terus merosot. Akibatnya, anak akan kekurangan gizi yang menghambat pertumbuhan fisik dan jaringan otaknya.
e. Tatalaksana penderita diare
Mengingat bahwa bahaya diare terutama akibat kekurangan cairan dan gizi maka tatalaksana diare difokuskan pada dua hal tersebut. “Mencegah dehidrasi dan kekurangan gizi dapat dilakukan dirumah begitu diare muncul” (Depkes RI, 2001).
Program pemberantasan penyakit diare (P2 Diare) dalam Repelita VI menetapkan kebijakan teknis tatalaksana penderita diare dirumah, pada sarana kesehatan, dan pencegahan diare.
1) Tatalaksana penderita diare di rumah meliputi; rehidrasi oral, pemberian makanan/air susu ibu (ASI) selama penderita diare, dan membawa penderita ke sarana kesehatan (rujukan).
a) Pemberian cairan. “Diperkirakan 60-70% kematian diare disebabkan oleh dehidrasi”. Dengan cairan rehidrasi maka angka kematian dapat dicegah dan kondisi dehidrasi dapat diperbaiki. Formula standar cairan rehidrasi yang direkomendasikan WHO/UNICEF terdiri dari empat unsur yaitu: natrium klorida 3,5 gram, trinatrium sitrat dihidrat 2,9 gram atau natrium bikar-bonat 2,5 gram, kalium klorida 1,5 gram dan glukosa 20 gram dibuat menjadi 1 liter larutan. (Widjaja, 2001)
Cairan rehidrasi yang dianjurkan untuk tatalaksana pada setiap penderita diare dirumah (sesuai dengan prioritas penggunaan) yaitu larutan oralit, larutan gula garam, makanan yang cair (sup, air tajin) dan air matang. Jumlah cairan yang diberikan pada penderita tergantung pada umur dan tingkat dehidrasinya. Dosis acuan seperti pada tabel berikut:
TABEL 2.3 Dosis Acuan Pemberian Cairan Oral
Pada Penderita Diare Tanpa Dehidrasi
UMUR
Jumlah Cairan Tiap Kali Buang Air Besar
Bawah 1 tahun
1 - 4 tahun
> 5 tahun
Dewasa
50 – 100 ml
100 – 200 ml
200 – 300 ml
300 – 400 ml
Sumber data : data Sekunder
Tabel 2.4. Dosis Acuan Pemberian Cairan Oral
Pada Penderita Diare Dengan Dehidrasi
UMUR
Jumlah Cairan Dalam Tiga Jam Pertama
Bawah 1 tahun
1 - 4 tahun
> 5 tahun
Dewasa
300 ml
600 ml
1.200 ml
2.400 ml
Sumber data : data Sekunder
Pemerintah menyediakan kemasan oralit untuk 200 cc dan untuk 1000 cc. Oralit 200 dilarutkan dengan air matang menjadi 200 cc larutan (satu gelas belimbing). Oralit 1000 dilarutkan dengan air matang menjadi 1000 cc larutan atau 5 gelas belimbing untuk ukuran rumah tangga.
Larutan gula garam (LGG) dibuat dengan melarutkan 2 sendok makan rata gula pasir atau madu (lebih baik) atau 4 sendok makan rata gula kelapa dengan ¼ sendok teh garam dapur kemudian dilarutkan dengan 5 gelas air (1 liter). Lebih sempurna apabila larutan tersebut ditambah ¾ sendok teh soda kue (natrium bicarbonate) dan segelas air jeruk (Widjaja, 2001).
b) Makanan diberikan sedini mungkin. Pada bayi yang masih menetek maka ASI terus diberikan, sedangkan pada anak yang telah disapih dapat diberikan susu formula. Seluruh jenis makanan dapat diberikan kecuali; makanan berlemak, makanan pedas (merangsang), buah mentah, dan makanan/ minuman yang mengandung alkohol. Makanan tambahan dibutuhkan selama fase penyembuhan.
c) Upaya rujukan dilakukan apabila dalam tiga hari penderita tidak membaik atau ada salah satu tanda berikut: diare makin sering dalam jumlah yang banyak, muntah berulang, rasa haus yang nyata, tidak dapat minum/ makan, demam yang tinggi, tinja mengandung darah.
6. Tindakan pencegahan terhadap penyakit diare
Banyaknya masyarakat yang belum menyadari akan bahayanya diare yaitu dalam hal sanitasi, mereka masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, atau empang. Perilaku semacam itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain faktor ekonomi karena untuk membuat septic tank diperluakan biaya. Tidak tersedianya septic tank umum dan layanan yang baik untuk penyedotannya. Buang air besar di area terbuka (sungai atau empang) telah menjadi kepraktisan dan dilakukan banyak orang di sekitarnya.
Dengan ditemukannya berbagai pemecahan masalah diare dapat dilakukan pemberantasan diare secara besar-besaran yang melibatkan lapisan masyarakat, mulai ibu rumah tangga, petugas kesehatan, hingga masyarakat umum agar tidak terserang penyakit diare. Usaha pertama untuk mencegah diare adalah dengan melakukan alih teknologi dari tenaga kesehatan kepada ibu rumah tangga atau keluarga. Upaya ini untuk meningkatkan keterampilan ibu, baik dipelosok desa maupun di kota besar. (Widjaja..M.C.dr, 2001)
Jalur masuknya virus, bakteri, atau patogen penyebab diare ke tubuh manusia dapat mudah dihafal dengan istilah 4F yang pertama kali dikemukakan Wagner & Lanoix (1958). 4F adalah singkatan dari fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (tangan). Menurut Wagner & Lanoix, tahapannya dimulai dari cemaran yang berasal dari kotoran manusia (feces) yang mencemari 4F, lalu cemaran itu berpindah ke makanan yang kemudian disantap manusia.
Model pencegahan dikembangkan EHP (Preventing Child Diarrheal Disease: Options for Action, 1999) mengangkat empat praktik higienis yang utama, yakni penggunaan WC yang memadai, pengolahan dan penyimpanan air, membersihkan dan menutup makanan, dan cuci tangan pakai sabun Pencegahan penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air hanya dapat dilakukan dengan penyediaan air bersih, penggunaan jamban sehat pembuangan limbah cair dan padat rumah tangga serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum menjamah makanan serta menyimpan makanan dalam keadaan tertutup. Mencuci makanan pun umum dilakukan. Namun, masih banyak dijumpai mencuci makanan di dalam baskom sehingga tidak menutup ke mungkinan berisiko terkontaminasi bakteri kembali. Mencuci dengan cara ini diyakini bersih sekaligus bisa menghemat air. (www. infokes cegah diare.com/ 1/11/2007)
Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang mudah dilakukan yaitu :
a. Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.
b. Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih
c. Sanitas air yang bersih
d. Kebersihan perorangan
e. Cucilah dengan sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga setelah buang air besar. Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk sikecil.
f. Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban)
g. Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dengan yang basah
h. Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
i. Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar
Dengan cara simulasi, demontrasi dan praktik, kaum ibu di perdesaan mulai menyadari arti diare dengan berbagai penyebab dan cara-cara penanggulangannya. Sementara itu, di kota besar, penyebaran informasi melalui puskesmas, pusat-pusat kesehatan, rumah sakit, dan klinik anak dimasyarakatkan. Sesungguhnya penanganan diare dapat ditangulangi sendiri oleh keluarga, terutama diare dengan dehidrasi ringan. Terpenting dari usaha ini adalah bagaimana mencegah penularan, menemukan gejala dini, dan memberi pertolongan secepatnya dengan memberi cairan penganti dalam jumlah yang memadai. (www//google.pencegahan diare.com/1/11/2007)
B.
Faktor-faktor yg mempengaruhi sikap dan perilaku dalam pencegahan diare
1.
2. Ekonomi
3. Pendidikan
4. Sosial dan Budaya
5. Pengalaman peribadi
6. Orang yg diangap pentingKerangka Teori Penelitian
Sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan diare
Kejadian Penyakit Diare
Pengetahuan Keluarga tentang diare
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Keterangan :
: yang diteliti
: yang tidak diteliti
C. Hubungan Antar Variabel
Tingkat pengetahuan keluarga/ orangtua tentang diare :
1. Pengertian diare
2. Etiologi
3. Cara penularan
4. Penatalaksanaan
5. Pencegahan
Variabel terikat
Sikap keluarga dalam pencegahan diare, antara lain yaitu :
- menyediakan makanan yang higienis
- mencuci tangan dengan sabun
- menutup makanan
- memasak air sampai mendidih
- dll
Prilalu keluarga dalam pencegahan diare, antara lain yaitu :
- menyediakan makanan yang higienis
- mencuci tangan dengan sabun
- menutup makanan
- Memasak air sampai mendidih
- dll
Variabel bebas
Gambar 2.2 Hubungan Antar Variabel
D. Kerangka Konsep Penelitian
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
1. Sosial dan ekonomi
2. Pendidikan
3. Kultur (budaya & agama)
4. Informasi/ pengalaman yang didapat
Faktor-faktor yg mempengaruhi sikap dan perilaku dalam pencegahan diare
1. Pengetahuan
2. Ekonomi
3. Pendidikan
4. Sosial dan Budaya
5. Pengalaman pribadi
6. Orang yg diangap penting
Prilalu keluarga dalam pencegahan diare, antara lain yaitu :
- menyediakan makanan yang higienis
- mencuci tangan dengan sabun
- menutup makanan
- Memasak air sampai mendidih
- dll
Variabel bebas
Tingkat pengetahuan keluarga/ orangtua tentang diare :
2. Pengertian diare
3. Etiologi
4. Cara penularan
5. Penatalaksanaan
6. Pencegahan
1. Faktor ekonomi
2. Faktor Pendidikan
Variabel pengganggu
Sikap keluarga dalam pencegahan diare, antara lain yaitu :
- menyediakan makanan yang higienis
- mencuci tangan dengan sabun
- menutup makanan
- memasak air sampai mendidih
- dll
Variabel terikat
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Keterangan :
: yang diteliti
: yang tidak diteliti
E. Hipotesis
Hipotesis Penelitian : terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan sikap dan prilaku keluarga dalam pencegahan diare pada anak usia sekolah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif analitik menggunakan rancangan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menentukan pada waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. (Nursalam, 2003) Artinya setiap subyek hanya diobservasi satu kali saja dengan pendekatan kuantitatif yang ditujukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga tentang penyakit diare dengan sikap dan perilaku dalam pencegahan penyakit diare.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian dan apabila sesorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2002). Populasi penelitian adalah semua keluarga yang mempunyai anak usia sekolah berada di dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang. Populasi pada penelitian ini sejumlah 116 keluarga.
38
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wilayah populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Sampel adalah sebagian dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Teknik pengambilan sampel berdasarkan sampling kuota yaitu cara penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang ditentukan. Apabila subyeknya besar (lebih dari 100) dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 1998). Penelitian ini menggunakan 30% dari total populasi untuk menentukan besar sampel yaitu sebesar 34,8 (35 kepala keluarga)
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Keluarga yang mempunyai anak usia sekolah
2) Keluarga yang bersedia yang menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Keluarga yang mempunyai anak usia <>12 tahun
2) Keluarga yang tidak bersedia menjadi responden
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini di dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang yang akan dilaksanakan pada bulan Januari 2008.
D. Variabel
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus dalam penelitian yang menunjukkan atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok (Handoko R, 2006). Dalam penelitian ini variabel-variabel yang ada diantaranya :
1. Variabel Independent (Bebas)
Variabel independent adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent (Handoko R, 2006). Dalam penelitian ini, variabel bebasnya yaitu tingkat pengetahuan keluarga tentang diare.
2. Variabel Dependent (Terikat)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independent (Handoko R, 2006). Dalam penelitian ini, variabel terikatnya adalah sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan diare di rumah.
3. Variabel Pengganggu
Variabel perancu atau pengganggu adalah jenis variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan merupakan variabel antara (Nursalam, 2003).
Cara pengendalian variabel pengganggu diantaranya :
a. Pendidikan
Untuk variabel pengganggu pendidikan diabaikan karena pendidikan setiap orang berbeda-beda sehingga peneliti meneliti semua keluarga yang mempunyai anak usia sekolah tanpa memandang pendidikan yang ditempuh.
b. Ekonomi
Pada variabel pengganggu ekonomi juga diabaikan seperti variabel pengganggu lainnya karena pendapatan di masyarakat berbeda-beda dan penyakit diare juga menyerang semua golongan baik golongan menengah keatas dan menengah kebawah.
E. Definisi Operasional
1. Pengetahuan keluarga tentang diare adalah pengetahuan salah satu anggota keluarga yang mempunyai anak usia sekolah di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang yang meliputi : definisi, tanda dan gejala, akibat diare, cara penularan, prinsip pengobatan, cara pencegahan diare. Untuk mengkategorikan pengetahuan, menggunakan skala ordinal berdasarkan kategori tinggi, cukup dan rendah.
2. Sikap keluarga dalam pencegahan diare adalah respon atau reaksi salah satu anggota keluarga dalam mencegah diare pada anak usia sekolah di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang yang meliputi : datang ke tempat penyuluhan, memotong kuku setiap kuku panjang, kebiasaan untuk cuci tangan dengan sabun, menyiapkan makanan yang higienis, BAB di toilet, menjaga kebersihan baik perorangan ataupun untuk lingkungan dengan cara kerja bakti, membuang sampah pada tempatnya. Untuk mengkategorikan Sikap, menggunakan skala ordinal berdasarkan kategori baik, cukup, kurang.
3. Perilaku keluarga dalam pencegahan diare adalah kegiatan atau aktivitas salah satu anggota keluarga dalam mencegah diare pada anak usia sekolah di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang yang meliputi : yaitu menjaga kebersihan lingkungan, melakukan cuci tangan, menjaga kebersihan perorangan, menjaga sanitasi air agar tetap bersih, menjaga kehigienisan makanan, dan sebagainya. Untuk mengkategorikan perilaku, menggunakan skala ordinal berdasarkan kategori baik, cukup, kurang.
F. Definisi Peristilahan
Keluarga adalah individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, paman, bibi atau orang yang sudah mempunyai anak.
G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrument Penelitian
1. Data Primer
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diambil secara langsung dari responden. Pada saat pengumpulan data peneliti langsung mengambil data, alat pengumpulan data tersebut sudah diujikan terlebih dahulu kepada respoden yang memiliki karakteristik yang sama dengan reponden yang digunakan sebagai penelitian. Kemudian peneliti mengambil langsung data penelitian dan sebelum kuesioner tersebut diisi maka responden harus memenuhi syarat dan menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini kemudian kuesioner yang telah diisi oleh responden yang kemudian dikumpulkan lagi oleh peneliti dan peneliti mengoreksi lagi kelengkapannya.
2. Data Sekunder
Didapatkan data dari Kelurahan Ngumpul, Jogoroto berupa jumlah keluarga yang mempunyai anak usia sekolah di dusun tersebut.
3. Instrumen Penelitian
Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara menyebarkan kuesioner yang akan diujikan kepada responden. Kuesioner terdiri dari 3 yaitu :
a. Kuesioner untuk mengukur pengetahuan tentang diare berupa pertanyaan tertutup dan menggunakan skala guttman yang berjumlah 20 item pertanyaan. Pada pertanyaan favoreabel akan diberikan nilai 1 untuk jawaban benar (B) dan 0 untuk jawaban salah (S) sedangkan pertanyaan unfavoreabel akan diberikan nilai 0 untuk jawaban benar (B) dan 1 untuk jawaban salah (S). Kemudian total skor yang diperoleh setiap responden dari seluruh soal pada variabel ini dikalkulasi dan dipersentase untuk mengetahui tingkat pengetahuannya. Kategori penilaian pengetahuan yaitu tinggi bila jumlah skor 76%-100%, cukup bila jumlah skor 56%-75%, rendah bila jumlah skor < 55%.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Skala Pengetahuan Dalam Kuesioner
Komponen
Nomor item
Favorabel
1, 2, 3 ,5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 15, 16, 17, 18
Unfavorabel
4, 13, 14
Sumber data: data primer
b. Pengukuran sikap tentang pencegahan diare berupa pertanyaan tertutup yang berjumlah 15 item pertanyaan dengan memilih jawaban sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju. Responden memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan dirinya. Pertanyaan mengunakan skala likert dengan nilai berkisar antara 1 sampai 4. Pengukuran berskala likert dimana pernyataan yang favourabel harus dijawab oleh responden dengan pilihan sikap sangat setuju (SS) diberi nilai 4, setuju (S) dengan nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1, sebaliknya untuk pertanyaan yang unfavourabel yaitu sikap sangat setuju (SS) diberi nilai 1, setuju (S) dengan nilai 2, tidak setuju (TS) nilainya 3, sangat tidak setuju (STS) dengan nilai 4. Data katagorikal yaitu sikap yaitu baik apabila jumlah skor 76-100%, cukup apabila jumlah skor 56-75%, kurang apabila jumlah skor < 55%.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Skala Sikap Dalam Kuesioner
Komponen
Nomor item
Favorabel
1, 2, 3 ,4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 14
Unfavorabel
7, 12, 13
Sumber data: data primer
c. Pengukuran perilaku berupa daftar pertanyaan yang bersisi tentang perilaku pencegahan diare berupa pertanyaan tertutup berjumlah 16 item pertanyaan. Pengukuran perilaku dengan menggunakan skala likert yang dimodifikasi menjadi 4 pilihan yaitu selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.(http//: www.google//Teknik Pengukuran Skala Perilaku.com/09/01/08) Pertanyaan favoreabel akan diberikan nilai 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2 untuk jawaban kadang-kadang dan 1 untuk jawaban tidak pernah. Dan pertanyaan unfavoreabel memberikan nilai 1 untuk jawaban selalu, 2 untuk jawaban sering, 3 untuk jawaban kadng-kadang dan 4 untuk jawaban tidak pernah. Kategori penilaian perilaku menurut Nursallam (2003), yaitu : baik bila jumlah skor 76%-100%, cukup bila jumlah skor 56%-75%, kurang bila jumlah skor < 55%.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Skala Sikap Dalam Kuesioner
Komponen
Nomor item
Favorabel
1, 2, 3 ,4, 5, 6, 7, 8, , 10, 11, 14
Unfavorabel
9, 12, 13
Sumber data: data primer
H. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrument. Instrument dikatakan valid jika dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002). Dan pengujian validitas ini dilakukan pada 30 responden. Dan pertanyaan dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar dari r table. Dimana besar r tabel untuk taraf signifikan 5% adalah 0,361.
Uji validitas ini menggunakan rumus : (Arikunto, 2002)
Keterangan :
: Koefisien korelasi antara variable X dan Y
N : Jumlah sampel
: Jumlah perkalian X dan Y
: Jumlah X
: Jumlah Y
Setelah dilakukan uji validitas pada tanggal 22 Desember di Dusun Plandi, Jombang, yaitu terdiri dari uji validitas pengetahuan tentang diare, sikap keluarga dalam pencegahan diare dan perilaku keluarga dalam pencegahan diare didapatkan hasil yang dapat dilihat di tabel dibawah ini :
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Item Pengetahuan Keluarga tentang Diare
No
Nilai r tabel
Nilai r hitung
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,646**
0,660**
0,446*
0,631**
0,573**
0,422*
0,226
0,480**
0,399*
0,660**
0,646**
0,554**
0,016
446*
0,457*
0,646**
0,575**
0,457*
0,573**
0,544**
Keterangan :
* taraf signifikan 5%
** taraf signifikan 1%
Setelah dilakukan uji validitas untuk variabel pengetahuan keluarga tentang diare pada 30 responden, dari 20 item pertanyaan didapatkan hasil 2 item soal tidak valid yaitu pada nomer 7 dan 13 sehingga dalam penelitian yang akan dilakukan hanya terdapat 18 item soal yang diujikan dan kedua item soal yang tidak valid tidak diikutkan dikarena 18 soal tersebut sudah mewakili dari definisi operasional yang sudah ditentukan.
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Item Sikap Keluarga Dalam Pencegahan Diare pada Anak Usia Sekolah
No
Nilai r tabel
Nilai r hitung
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,321
0,486**
0,628**
0,572**
0,493**
0,728**
0,720**
0,737**
0,410*
0,703**
0,601**
0,765**
0,737**
0,769**
0,831**
Keterangan :
* taraf signifikan 5%
** taraf signifikan 1%
Pada variabel sikap keluarga dalam pencegahan diare pada anak usia sekolah didapatkan hasil 1 item soal tidak valid yaitu pada nomer 1 sehingga dalam penelitian yang akan dilakukan hanya terdapat 14 item soal yang diujikan dan item soal yang tidak valid tidak diikutkan karena 14 soal tersebut sudah mewakili dari definisi operasional sikap keluarga dalam pencegahan diare yang sudah ditentukan.
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Item Prilaku Keluarga Dalam Pencegahan Diare pada Anak Usia Sekolah
No
Nilai r tabel
Nilai r hitung
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,756**
0,698**
0,573**
0,698**
0,525**
0,453**
0,491**
0,502**
0,573**
0,698**
0,153
0,475**
0,756**
0,698**
0,491**
-0,110
Keterangan :
* taraf signifikan 5%
** taraf signifikan 1%
Pada variabel prilaku keluarga dalam pencegahan diare pada anak usia sekolah didapatkan hasil 2 item soal tidak valid yaitu pada nomer 11 dan 16 sehingga dalam penelitian yang akan dilakukan hanya terdapat 14 item soal yang diujikan dan item soal yang tidak valid tidak diikutkan karena 14 soal tersebut sudah mewakili dari definisi operasional perilaku keluarga dalam pencegahan diare yang sudah ditentukan.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah sesuatu intrumen cukup baik dan dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga menurut Djemani (2003) dalam buku Riwidikdo (2007) kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7. Uji reliabilitas dilakukan untuk skala pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku dengan menggunakan koefisien korelasi alpha crombach.Uji reliabilitas ini menggunakan rumus :
Keterangan :
: Realibilitas instrument
k : Banyaknya butir pertanyaan / banyaknya soal
: Jumlah varian
: Varian total
Dari hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa untuk reliabilitas variabel tingkat pengetahuan adalah sebesar 0,8389, untuk variabel sikap sebesar 0,8985 dan untuk variabel prilaku sebesar 0,834. Nilai ini menunjukkan bahwa data tersebut reliabel karena untuk instrument dikatakan reliabel apabila nilainya lebih besar dari 0,60.
I. Pengolahan dan Teknik Analisis Data
1. Pengolahan data
Data yang diambil yaitu data yang terkumpul dilakukan pengolahan dengan tahap-tahap :
a. Editing. Meneliti setiap kusioner tentang kelengkapannya dengan memeriksa jawaban dan perubahan seperlunya bila dibutuhkan.
b. Coding. Mengklasifikasi dan memberikan kode skor pada jawaban responden.
c. Tabulasi . Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian, membuat tabel distribusi frekuensi.
d. Entry. Memasukkan data kedalam program SPSS 12.
2. Analisa data
Analisa hasil penelitian ini dilakukan secara bertahap :
a. Tahap I : dilakukan analisa univariat variabel yang ada pada penelitian ini untuk menghitung distribusi dan frekuensinya.
b. Tahap II : dilakukan analisa bivariat variabel bebas dan terikat. Analisa data yang digunakan adalah tehnik bivariat dengan uji hipotesis spearman rho dengan rumus :
(Sugiyono, 2006)
Dimana : korelasi spearman rho
d = beda antara rangking pasangan
N = Jumlah data (sampel)
J. Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan
a. Studi Pendahuluan
b. Pembuatan dan pengajuan judul
c. Pembuatan proposal penelitian
d. Konsultasi/ bimbingan proposal penelitian
e. Pendaftaran seminar proposal dan penyerahan proposal penelitian
f. Seminar proposal penelitian
g. Pembuatan izin penelitian di instansi terkait
2.
Gugur
Dihilangkan
Dilakukan Penelitian
Layak
Uji Validitas
KeluargaTahap pelaksanaan
Kuesioner
Gambar 3.1 Pelaksanaan Penelitian
3. Tahap pengolahan dan analisa data
Dalam tahap pengolahan dan analisa akan dilakukan beberapa tahap untuk masing-masing variabel. Tahapan tersebut meliputi: seleksi data, tabulasi, analisa data. Kemudian untuk uji statistik menggunakan uji Spearman rho untuk membuktikan hipotesa yang telah diuraikan diatas.
4. Tahap penyajian hasil
Penyajian hasil dituliskan dalam bentuk tabel, gambar dan dilakukan pembahasan dengan berbagai bantuan sumber teori.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Dusun Ngumpul merupakan bagian dari kelurahan Ngumpul Jogoroto dimana kepala dusun tersebut bernama Abdul Basir. Dusun ini merupakan dusun yang mempunyai wilayah terluas diantara 4 dusun lainnya di kelurahan Ngumpul sehingga di Dusun Ngumpul terdapat 3 RW dan 8 RT yaitu :
a. RW 7 terdapat 2 RT yaitu RT 6 dan RT 8
b. RW 4 terdapat 3 RT yaitu RT 5, RT 10, dan RT 12
c. RW 2 terdapat 3 RT yaitu RT 7, RT 9 dan RT 11
Batas-batas wilayah dusun Ngumpul adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Dusun Belut Kelurahan Ngumpul dan Dusun Tambar
Sebelah Timur : Dusun Tambar Kelurahan Tambar
Sebelah Selatan : Dusun Mayangan Kelurahan Mayangan
Sebelah Barat : Dusun Sumber Mulyo Kelurahan Sumbermulyo
Disamping itu fasilitas sosial yang dimiliki di dusun ini adalah Taman kanak-kanak dan Rodhotul Assyah (RA) sebanyak 2 gedung, Sekolah dasar dan Madrasah Islamiyah (MI )sebanyak 2 gedung, SLTP dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebanyak 2 gedung dan Fasilitas kesehatan sebanyak 3 posyandu dan 1 tenaga kesehatan paramedis. Sumber daya manusia di dusun Ngumpul menurut usia sebanyak 2091 jiwa dimana terdapat 412 KK (Kepala Keluarga) dimana semuanya beragama Islam yang dibagi dalam beberapa golongan usia yaitu :
Tabel. 4.1
Jumlah Penduduk di Dusun Ngumpul, Kecamatan Jorototo, Jombang Menurut Golongan Usia
Tahun 2007
No
Golongan umur
Jumlah
1
0 bulan - 5 tahun
108
2
5 tahun - 12 tahun
426
3
12 tahun - 18 tahun
487
4
18 tahun - 45 tahun
536
5
45 tahun - 60 tahun
451
6
> 60 tahun
83
Jumlah
2091
Sumber data : Data Sekunder
Dari tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk di Dusun Ngumpul menurut usia yang terbanyak pada usia 18-45 tahun sebanyak 538 dan jumlah penduduk terendah pada usia > 60 tahun sebanyak 83 orang.
Berdasarkan jenis mata pekerjaan yang ada pada masyarakat di dusun Ngumpul, dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk di Dusun Ngumpul , Kecamatan Jorototo, Jombang Menurut Mata Pencaharian
Tahun 2007
No
Pekerjaan
Jumlah
1
IRT
356
2
Petani
343
3
Wiraswasta
109
4
Swasta
297
5
PNS
17
Jumlah
1122
Sumber Data : Data Sekunder
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerjaan masyarakat di dusun Ngumpul terbanyak adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 356 orang dan yang terendah adalah sebagai PNS yaitu sebesar 17 orang.
Berdasarkan jenis pendidikan yang ditempuh pada masyarakat di dusun Ngumpul, dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk di Dusun Ngumpul , Kecamatan Jorototo, Jombang Menurut Pendidikan
Tahun 2007
No
Pendidikan
Jumlah
1
Belum sekolah
108
2
Tidak tamat Sekolah Dasar (SD)
54
3
Sekolah Dasar (SD)
539
4
SLTP/ sederajat
511
5
SLTA/ sederajat
855
6
PT
24
Jumlah
2091
Sumber data : Data Sekuder
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pendidikan masyarakat di dusun Ngumpul yang terbanyak adalah SLTA yaitu sebesar 855 orang dan yang terendah adalah PT yaitu sebesar 24 orang.
Perumahan di dusun ini adalah rumah permanen dan semi permanen. Sarana air minum di dusun ini yaitu sumur gali, sumur pompa dan embung/ rawa. Sarana drainase dan sanitasi yang memiliki kakus/ kloset adalah 337 kepala keluarga dan WC umum sebanyak 14 buah. Dalam pengolahan sampah, mayoritas masyarakat membuang sampah di sungai dan dibakar. Dalam sarana transportasi, mayoritas masyarakat menggunakan sepeda motor, sepeda, angkutan pedesaan dan becak.
2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang bisa disajikan dalam penelitian ini adalah karakteristik responden menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan cara mendapat informasi tentang penyakit diare.
a. Karakteristik responden berdasarkan usia
Data tentang karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
Usia
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Usia di Dusun Ngumpul Kecamatan Jogoroto, Jombang
Tahun 2007
Berdasarkan gambar diagram diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah responden berdasarkan usia yang terbanyak adalah usia 35-44 tahun sebesar 27 responden (77,19%) dan yang terendah atau sedikit adalah usia 25-34 tahun sebesar 2 responden(5,71%).
b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Data tentang karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun Ngumpul Kecamatan Jogoroto, Jombang Tahun 2007
Jenis Kelamin
Berdasarkan gambar diagram diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak adalah jenis kelamin perempuan sebesar 19 responden (54,29%) dan yang terendah atau sedikit adalah jenis kelamin laki-laki sebesar 16 responden (45,71%).
c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Data tentang karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
Pendidikan
Gambar 4.3 Diagram Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Dusun Ngumpul Kecamatan Jogoroto, Jombang
Tahun 2007
Berdasarkan gambar diagram diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah responden berdasarkan pendidikan yang terbanyak adalah SLTA sebesar 13 responden (37,14%)dan yang terendah atau sedikit adalah PT (Perguruan Tinggi) sebesar 5 responden (14,29%).
d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Data tentang karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut :
Swasta
Petani
Pekerjaan
Gambar 4.4 Diagram Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Dusun Ngumpul Kecamatan Jogoroto, Jombang
Tahun 2007
Berdasarkan gambar diagram diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah responden berdasarkan pekerjaan yang terbanyak adalah sebagai wiraswasta sebesar 10 responden (28,57%) dan yang terendah atau sedikit adalah sebagai PNS sebesar 3 responden (8,57%).
e. Karakteristik responden berdasarkan cara mendapat informasi
Untuk karakteristik responden berdasarkan pernah tidaknya responden memperoleh informasi tentang penyakit diare didapatkan hasil bahwa semua responden pernah mendapatkan informasi tentang penyakit diare. Hal ini dikarenakan begitu mudahnya untuk mendapat pengetahuan dari berbagai media massa, elektronik, petugas kesehatan ataupun buku mengenai penyakit diare. Letak geografis daerah menentukan masyarakat mudah tersentuh informasi ataupun tidak. Data tentang informasi tentang penyakit diare yang diperoleh responden dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari data tersebut diatas dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
Informasi Yang Didapat
TV
P.Kes
Gambar 4.5 Diagram Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Cara Memperoleh Informasi di Dusun Ngumpul Kecamatan Jogoroto, Jombang Tahun 2007
Berdasarkan gambar diagram diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah responden berdasarkan cara memperoleh informasi yang terbanyak yaitu melalui TV yaitu sebesar 31 responden (88,57%) dan yang terendah adalah melalui petugas kesehatan yaitu sebesar 3 responden (8,57%).
3. Gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang diare
Data gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang diare digolongkan menjadi 3 yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Maka distribusi frekwensi data variabel tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut:
Pengetahuan
Gambar 4.6 Diagram Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Keluarga di Dusun Ngumpul Kecamatan Jogoroto, Jombang Tahun 2007
Berdasarkan gambar diagram diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan yang terbanyak yaitu pada tingkat pengetahuan sebanyak 23 responden (65,71%) dan yang terendah adalah pada tingkat pengetahuan cukup sebanyak 12 responden (34,29%).
4. Gambaran tentang sikap keluarga dalam pencegahan diare
Data gambaran tentang sikap keluarga dalam pencegahan diare digolongkan menjadi 3 yaitu baik, cukup dan kurang. Maka distribusi frekwensi data variabel sikap adalah sebagai berikut:
SIKAP
Gambar 4.7 Diagram Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap Keluarga di Dusun Ngumpul Kecamatan Jogoroto, Jombang Tahun 2007
Berdasarkan gambar diagram diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah responden berdasarkan sikap keluarga yang terbanyak yaitu dengan katagori baik sebanyak 29 responden (82,86%) dan yang terendah adalah cukup sebanyak 6 responden (17,14%).
5. Gambaran tentang prilaku keluarga dalam pencegahan diare
Data gambaran tentang prilaku keluarga dalam pencegahan diare digolongkan menjadi 3 yaitu baik, cukup dan kurang. Maka distribusi frekwensi data variabel prilaku adalah sebagai berikut:
Perilaku
Gambar 4.8 Diagram Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Perilaku Keluarga di Dusun Ngumpul Kecamatan Jogoroto, Jombang
Tahun 2007
Berdasarkan gambar diagram diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah responden berdasarkan sikap keluarga yang terbanyak yaitu dengan katagori cukup sebanyak 21 responden (60,00%) dan yang terendah adalah cukup sebanyak 14 responden (40,00%).
6. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Sikap
Tabel 4.4
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Sikap Keluarga di Dusun Ngumpul Kecamatan Jogoroto, Jombang Tahun 2007
Pengetahuan
Sikap
Total
Baik
Cukup
Buruk
Tinggi
20(57,1%)
3 (8,6%)
-
23 (65,7%)
Cukup
9 (25,7%)
3 (8,6%)
12 (34,3%)
Rendah
-
-
-
-
Jumlah
29 (82,9%)
6 (17,1%)
35 (100%)
Sumber Data Primer
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 23 responden dengan tingkat pengetahuan tinggi terdapat 20 responden dengan sikap yang baik dan 3 responden dengan sikap yang cukup. Dari 12 responden dengan tingkat pengetahuan sedang terdapat 9 responden yang mempunyai sikap baik, dan 3 responden dengan sikap cukup.
7. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku
Tabel 4.5
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Prilaku Keluarga di Dusun Ngumpul Kecamatan Jogoroto, Jombang Tahun 2007
Pengetahuan
Perilaku
Total
Baik
Cukup
Buruk
Tinggi
7 (20,00%)
16 (45,6%)
-
23 (65,7%)
Cukup
7 (20,00%)
5 (14,3)
-
12 (34,3%)
Rendah
-
-
-
-
14 (40,00%)
21 (60,0%)
35 (100%)
Sumber Data Primer
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 23 responden dengan tingkat pengetahuan tinggi terdapat 7 responden dengan prilaku yang baik dan 16 responden dengan prilaku yang cukup. Dari 12 responden dengan tingkat pengetahuan sedang terdapat 7 responden yang mempunyai prilaku yang baik, dan 5 responden dengan prilaku yang cukup.
B. Pembahasan
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan diare pada anak usia sekolah. Setelah dilakukan pengumpulan data dan analisis data maka yang dapat diketahui bahwa:
1. Pengetahuan Keluarga Tentang Diare
Dari hasil pengukuran pengetahuan orang tua tentang diare dalam penelitian ini tertera pada diagram 4.6 yaitu dari 35 responden, 23 orang (65,71%) mempunyai pengetahuan dalam kategori tinggi, 12 responden (34,29%) memiliki pengetahuan dalam kategori cukup. Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa kebanyakan responden yaitu keluarga yang mempunyai anak usia sekolah di Dusun Ngumpul, Jogoroto mempunyai pengetahuan tinggi tentang penyakit diare. Perbedaan pengetahuan keluarga tersebut dipengaruhi oleh pendidikan, informasi/ pengalaman yang didapat, sosial-ekonomi, dan kultur. (Nasution, 1999)
Dari tingkat pendidikan yang ditempuh responden, terlihat dari gambar 4.1 yang terbanyak adalah pada tingkat pendidikan SLTA sebanyak 13 reesponden. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (1999) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan mudah menerima hal baru dan akan mudah menyesuaikan hal baru tersebut. Dan juga oleh pendapat dari I.B. Mantra (1994) bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa, semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Karena di dusun Ngumpul hanya terdapat 1 polides dan 3 Posyandu, maka banyak keluarga atau responden yang mendapatkan informasi tersebut dari media massa dan elektronik yaitu seperti radio, Koran/ majalah, televisi, dan buku bacaan. Sehingga dengan banyak membaca mereka dapat lebih mengetahui tentang penyakit diare. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Notoatmodjo (1993) bahwa pengetahuan seorang diperoleh dari pengalaman berasal dari berbagai informasi, media massa, petugas kesehatan, orang yang berpengaruh terhadap perilaku.
Pengalaman/ informasi disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. (Nasution, 1999) Dari gambar 4.5 yaitu semua responden mendapatkan pengalaman/ informasi dimana yang terbanyak melalui TV sebanyak 31 responden. Dari tabel 4.7 didapatkan tabulasi pengetahuan dengan pendidikan didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 10 responden mempunyai pengetahuan tinggi, sedangkan pada PT hanya 5 orang yang mempunyai pengetahuan tinggi. Dan berdasar tabel 4.6 didapatkan hasil tabulasi pengetahuan dengan usia responden yang terbanyak adalah pada usia 35-44 tahun yaitu sebanyak 18 responden mempunyai pengetahuan tinggi, sedangkan pada usia 45-54 tahun hanya 3 orang yang mempunyai pengetahuan tinggi, sehingga data ini tidak sesuai dengan pendapat Nasution (1999) bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka pengalaman yang diperoleh juga akan lebih luas, sedangkan semakin tua seseorang maka pengalaman akan semakin banyak. Hal ini mungkin disebabkan karena dalam pengambilan sampel yang dilakukan didapatkan frekuensi terbanyak adalah dengan pendidikan SLTA yaitu sebanyak 13 responden dan pada umur 35-44 tahun yaitu sebanyak 32 responden.
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang. Bila ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi dan pengetahuan akan tinggi pula. begitu juga dengan kultur (budaya dan agama) dimana budaya akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi-informasi yang didapat akan disaring terlebih dahulu apakah sesuai atau tidak dengan budaya atau agama masyarakat tersebut.
2. Sikap Keluarga dalam Pencegahan Diare
Dari hasil penelitian tentang sikap keluarga dalam mencegah diare yang tertera pada diagram 4.7 sebanyak 29 responden (82,86%) mempunyai sikab baik, dan 6 responden (17,14%) mempunyai sikap cukup. Sikap responden terhadap pencegahan diare berbeda-beda, dipengaruhi oleh pengetahuan, ekonomi, pendidikan, sosial-budaya, pengalaman peribadi, dan orang yang diangap penting. (www. google. Faktor yang mempengaruhi sikap dan prilaku kesehatan. com/12/10/07)
Pengetahuan yang dapat mempengaruhi sikap seseorang didukung pula oleh pendapat Sarwono (1993) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dapat bertambah dengan diperolehnya informasi tentang objek tertentu. Memberikan pengetahuan tentang kebiasaan hidup yang baik akan terjadi peningkatan mutu sikap individu dalam kesehatan yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan. Berdasarkan diagram 4.6 didapatkan hasil bahwa 23 responden mempunyai pengetahuan tinggi.
Menurut pendapat dari I.B. Mantra (1994) bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi/ pengalaman pribadi, baik dari orang lain yang dianggap penting maupun dari media massa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu pada diagram 4.3 dimana didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 13 responden (37,14%).
Demikian pula menurut Sarwono (1999), bila ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi dan pengetahuan akan tinggi pula. Begitu juga dengan kultur (budaya dan agama) dimana budaya akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi-informasi yang didapat akan disaring terlebih dahulu apakah sesuai atau tidak dengan budaya atau agama masyarakat tersebut. Sehingga sikap seseorang akan terpengaruh dengan budaya yang ada di daerah tersebut.
3. Perilaku Keluarga dalam pencegahan diare
Dari hasil penelitian tentang perilaku keluarga dalam mencegah diare yang tertera pada tabel 4.8 yaitu sebanyak 21 responden (60%) berperilaku cukup dan 14 responden (40%) berperilaku baik. Perilaku responden terhadap pencegahan diare berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan, ekonomi, pendidikan, sosial-budaya, pengalaman peribadi, dan orang yang diangap penting. (www. google. Faktor yang mempengaruhi sikap dan prilaku kesehatan.com/12/10/07)
Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku seseorang menurut Sarwono (1993) menyatakan bahwa memberikan pengetahuan tentang kebiasaan hidup yang baik akan terjadi peningkatan mutu pengetahuan dan perilaku kesehatan dalam diri individu yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan. (cit Yulhareni, 2004) Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada diagram 4.6 yaitu sebanyak 23 responden (65,71%) mempunyai pengetahuan tinggi.
Sedangkan menurut pendapat dari I.B. Mantra (1994) menyatakan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi/ pengalaman pribadi, baik dari orang lain yang dianggap penting maupun dari media massa, sehingga mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini didukung dari hasil penelitian yaitu pada diagram 4.6 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 13 responden
Demikian juga menurut Sarwono (1999), bila ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi dan pengetahuan akan tinggi pula sehingga informasi yang didapat dan memberikan pengetahuan tentang kebiasaan hidup yang baik akan terjadi peningkatan mutu pengetahuan dan perilaku kesehatan dalam diri individu yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan.. Begitu juga dengan kultur (budaya dan agama) dimana budaya akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi-informasi yang didapat akan disaring terlebih dahulu apakah sesuai atau tidak dengan budaya atau agama masyarakat tersebut. Sehingga sikap seseorang akan terpengaruh dengan budaya yang ada di daerah tersebut.
Dan menurut pendapat Azwas S yaitu orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang mempengaruhi perilaku seseorang. Bahwasannya walaupun seseorang mempunyai pengetahuan yang tinggi atau cukup terhadap sesuatu hal, orang itu juga ingin mengetahui bagaimana orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya memandang hal tersebut. Kondisi inilah yang menimbulkan norma subyektif.
4. Hubungan antara pengetahuan Keluarga tentang diare dengan Sikap keluarga dalam pencegahan diare
Dari hasil perhitungan Spearman rho untuk hasil pengetahuan dengan sikap didapatkan hasil sebesar 0,374. Nilai ini dibandingkan dengan pada 5% dengan n = 35, maka diketahui : 0,334, sehingga > artinya Ho ditolak, sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan sikap keluarga dalam pencegahan diare. Dilihat dari nilai koefisien sebesar 0,374 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan sikap pencegahan diare. Sifat kolerasi pada nilai sebesar 0,374 kemudian nilai significan sebesar 0,027 hal ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 berarti bahwa terdapat hubungan yang positif sebesar 0,374 atau 37,4% antara pengetahuan dan sikap.
Hubungan antara pengetahuan dengan sikap diatas sesuai dengan pendapat Rakhmat (1998) menyatakan bahwa pengetahuan akan membentuk kepercayaan yang selanjutnya akan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsikan kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan memberikan sikap terhadap objek tertentu. Sehingga semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin baik pula sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1993) yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang akan bertambah dengan diperolehnya informasi-informasi tertentu sehingga akan terjadi peningkatan pengetahuan. Dengan peningkatan pengetahuan tersebut maka akan terjadi peningkatan sikap kesehatan dalam diri individu yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu.
5. Hubungan antara Pengetahuan Keluarga tentang Diare dengan Perilaku Keluarga dalam Pencegahan Diare
Dari hasil perhitungan Spearman rho untuk hasil pengetahuan dengan perilaku didapatkan hasil sebesar 0,352 dibaca pada correlation coefficient. Nilai ini dibandingkan dengan pada 5% dengan n = 35, maka diketahui : 0,334, sehingga > artinya Ho ditolak, sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan perilaku keluarga dalam pencegahan diare. Dilihat dari nilai koefisien sebesar 0,352 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan perilaku pencegahan diare. Sifat kolerasi pada nilai sebesar 0,352 kemudian nilai sig sebesar 0,038, hal ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 berarti bahwa terdapat hubungan yang positif sebesar 0,35 atau 35,4% antara pengetahuan dan perilaku.
Data diatas sesuai dengan pendapat Rakhmat (1998) yang mengemukakan bahwa pengetahuan akan membentuk kepercayaan yang selanjutnya akan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsikan kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan perilaku seseorang terhadap objek tertentu. Keyakinan yang dimaksud disini adalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti, otoritas, pengalaman atau intuisi. Pengetahuan akan mempengaruhi perilaku seseorang, ini dibuktikan dari penelitian beberapa ahli yaitu perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (cit Warliana, 2001).
B. Faktor pendukung dan Penghambat Penelitian
1. Faktor Pendukung
a. Kantor Kelurahan Ngumpul, Jogoroto, Jombang yang telah memberikan ijin dengan mudah
b. Lokasi yang terjangkau sehingga penelitian dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
c. Responden yang mudah dijumpai
2. Faktor Penghambat
Berubahnya cuaca yang tiba-tiba hujan saat penelitian sehingga peneliti tidak dapat melanjutkan penelitian dan menyebabkan respoden yang didapat tidak sesuai dengan target yang diharapkan.
C. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian
Peneliti memiliki keterbatasan terutama dalam cara pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan angket tertutup (kuesioner) yang disusun sendiri oleh peneliti, tanpa diikuti dengan observasi, sehingga masih terdapat kemungkinan responden memberi jawaban yang tidak sesuai dengan sikap dan perilaku yang sesungguhnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang Pengetahuan keluarga tentang diare dengan sikap dan prilaku keluarga dalam pencegahan diare pada anak usia sekolah di dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Dari 35 responden yang diambil tentang pengetahuan keluarga tentang diare, didapatkan hasil jumlah terbanyak adalah mempunyai katagori pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 23 responden (65,71% ).
2. Dari 35 responden yang diambil tentang sikap keluarga dalam pencegahan penyakit diare, didapatkan hasil jumlah terbanyak adalah mempunyai kategori sikap baik yaitu sebesar 29 responden (82,86%).
3. Dari 35 responden yang diambil tentang perilaku keluarga dalam pencegahan diare, didapatkan hasil jumlah terbanyak adalah mempunyai kategori perilaku cukup yaitu sebesar 21 responden (60%).
4.
74Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan sikap keluarga dalam pencegahan diare dimana r hitung > r tabel yaitu r hitung sebesar 0,374 dan r tabel 0.334 dengan signifikansi p: 0,027 dan p< 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan sikap keluarga dalam pencegahan diare.
5. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan perilaku keluarga dalam pencegahan dimana r hitung > r tabel yaitu r hitung sebesar 0,354 dan r tabel 0.334 dengan signifikansi p: 0,038 dan p< 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang diare dengan perilaku keluarga dalam pencegahan diare.
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Agar menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang metodologi penelitian sehingga tidak kesulitan dalam menjalankan penelitian antara lain dengan cara mempelajari metodologi dari berbagai sumber bacaan serta usaha-usaha untuk meningkatkan pengetahuan tentang diare terutama dalam pencegahan dan penanganan pertama dalam kasus diare yaitu dengan memperbanyak membaca buku kesehatan tentang diare.
2. Bagi Masyarakat di dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang
Usaha-usaha untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang penyakit diare yaitu dengan cara membaca dari media cetak tentang kesehatan khususnya mengenai diare, mendengarkan berita kesehatan dari media elektronik dan juga mengikuti penyuluhan kesehatan
3. Bagi Ilmu Keperawatan Anak
Sebagai tambahan kepustakaan dalam mengembangkan ilmu keperawatan masih sangat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengetahuan tentang diare dengan tingkat keterlibatan keluarga dalam upaya pencegahan diare pada anak dengan variabel dan jumlah yang lebih banyak guna meminimalkan angka kesakitan dan kematian pada anak akibat diare yang masih dirasa tinggi di Indonesia, yaitu mengenai pengetahuan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, pengalaman pribadi, dan orang yang dianggap penting yang berkaitan dengan sikap dan perilaku dalam pencegahan penyakit diare.
4. Bagi Peneliti Lain
Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan diare pada anak dengan variabel yang dan jumlah responden yang lebih banyak guna meminimalkan angka kesakitan dan kematian pada anak akibat diare
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto P., 1989, Penatalaksanaan Diare dan Penggunaan Terafi Rehidrasi Oral, Jakarta : EGC,.
Azwar, S. 2003. Reliabilitas dan Validitas Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Brunner & Suddart. 202. Keperawatan Medikal Bedah., Jakarta : EGC
Depkes RI, 1981, Buku Penuntun Untuk Tenaga Kesehatan Desa Dalam Pemberantasan Penyakit Diare, Dirjen P3M, Jakarta.
Depkes RI, 1985, Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Untuk Kader Pembangunan Desa Pramuka dan Dokter Kecil, Dirjen P3M, Jakarta.
Depkes RI, 1991, Pedoman Kerja Puskesmas, Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI, 1993, Materi Pelatihan Kesehatan Bagi Pengelola Tempat Penitipan Anak, Dirjen Binkesmas, Jakarta.
Depkes RI, 1995a, Komunikasi Dengan Ibu Mengenai Pengobatan Diare di Rumah, Dirjen P2M & PLP, Jakarta.
Depkes RI, 1995b, Buku Pegangan Peserta Pelatihan Tata Laksana Penderita Diare, Dirjen P2M & PLP, Jakarta.
Depkes RI, 1998, Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare dalam Repelita VI, Dirjen P2M & PLP, Jakarta
Depkes RI, 1998, Buku Ajar Diare untuk Pendidikan Keperawatan, Dirjen P2M & PLP, Jakarta
Friedman, Marylin., 1998, Keperawatan Keluarga, Jakarta : EGC
Ganong W.F., 1995, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran Jakarta :EGC.
Herawati, Netti, S.Kep, 2000, Konsep Keluarga (Kumpulan Makalah Pelatihan Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Heru S.A., 1993, Kader Kesehatan Masyarakat, Jakarta : EGC
Ismail R., M.Nazir H.Z., Juni 1991a, Pengetahuan dan Prilaku Masyarakat Dalam Mengelola Penyakit Diare di Daerah Panduan P2D Sumatera Selatan, Medika tahun 17 (6), Hal. 449–455.
Ismail R., Nur B.M. dan Harjadi D. F.J., 1991b, Fisiologi Traktus Gastrointestinal, Diare Akut Klinik dan Laboratorik, Jakarta.: PT Rineka Cipta
Mansjoer, Arif,dkk., 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Jakarta : Media Aesculapius
Muhamad K., 1996, Pertolongan Pertama, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Noerasid H., Suraatmadja S. dan Asnil P.O., 1991, Gastro-enteritis (Diare) Akut, Diare Akut Klinik dan Laboratorik, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam, (2003), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo, Sukidjo. 2005. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset. Yogyakarta
Notoatmodjo, Soekidjo.Dr, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta
Pradono J. dan Budiarso L.R., 1998/1999, Prevalensi dan Perawatan Diare Pada Balita SDKI 1991,1994, dan 1997, Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 26 (4), Hal. 145–152.
Riwidikdo. Handoko,S.Kp., 2006, Statistik Kesehatan, Mitra Cendikia Press, Yogyakarta
Soeparman, 1993, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Soedarto, 1996, Penyakit-penyakit Infeksi di Indonesia, Widya Medika, Jakarta.
Sugiyono.Prof.Dr, 2006. Statistika untuk Penelitian, CV Alvabeta, Bandung
Suharyono, Boediarso A. dan E M Halimun, 1999, Gastro-enterologi Anak Praktis, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Widjaja,Mc, 2001, Mengenai Diare dan Keracunan Pada Balita, Widja Medika, Jakarta
Werner D., C. Thuman dan J. Maxwell, 1998, Apa Yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter (terjemahan), Yayasan Essentia Medika, Jakarta.
www. Google. Faktor yang mempengaruhi sikap dan prilaku kesehatan.com/12/10/07)
www.google. Kejadian diare di jatim.com01/09/07
www.google.com.sebab diare.com/12/08/2007)
www.google. Teknik Pengukuran Skala.com/09/01/08
Sabtu, 17 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Premier League Predictions | WhoScored.com 메리트 카지노 쿠폰 메리트 카지노 쿠폰 카지노 카지노 9236Yesplay Bet - LACBET Sports Betting
Posting Komentar